Filosofi
Pendidikan Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan dunia Pendidikan saat
ini. Menurut beliau bahwa pendidikan
adalah proses menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodrat dan iradat
yang dimilikinya agar anak tersebut memperoleh kebahagaian dan keselamatan baik
sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengingatkan pendidik bahwa
pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan
dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat
kodrat anak Indonesia sesungguhnya. Pendidik menuntun peserta didik yaitu
memberikan ‘tuntunan’ agar peserta didik dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar, menanamkan budi pekerti dan karakter.
Salah
satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan dengan cara coaching. Dalam coaching guru
berperan sebagai coach yang dapat menuntun murid sebagai coachee dengan mengajukan pertanyaan untuk menggali segala potensi
dan kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan mengarahkan untuk
mencari solusi.
Sistem
Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang
menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan Coaching.
Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses Coaching. Sebagai
seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani,
kita
perlu menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum
melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan
proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara emansipatif
dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh
kasih
dan persaudaraan. 4 cara berpikir melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani
dalam setiap perjumpaan pada setiap
proses
komunikasi dan pembelajaran.
Guru
sebagai coach sangat berperan penting dalam menciptakan kenyamanan bagi murid
melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga timbullah rasa empati,
saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid.
Dengan
kemampuan dan keterampilan bertanya dari seorang coach dapat menyadarkan murid
akan kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya sehingga murid tersebut
mendapatkan solusi atas permaslahannya sendiri. Dalam proses coaching, sangat
jelas terlihat bahwa guru dan murid adalah mitra dalam belajar.
Belajar
bersama mengenali kekuatan yang dimiliki untuk mengasah dan meningkatkan
kemampuan murid. Kini, bukan zamannya guru cemerlang sendiri akan tetapi
bagaimana murid pun menjadi cemerlang dan bersinar. Untuk itu guru dapat
membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.
Salah
satu cara untuk meningkatkan potensi dan kemampuan murid adalah dengan
mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran yang dilakukan
dengan amemperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil dan
kesiapan belajar.
Guru
sebagai coach akan selalu berupaya untuk menggali kebutuhan belajar murid
dengan mendesain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi
yang dimiliki murid. Selain itu, secara social emosional segala potensi murid
dapat berkembang secara maksimal.
Proses
coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga
setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan
kemampuannnya sendiri. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka
menentukan jalan hidupnya sesuai kekuatan dan potensinya masing-masing.
Coaching
yang dilakukan oleh coach kepada coachee membutuhkan empat keterampilan
yaitu:
1.
Keterampilan membangun dasar proses
coaching,
2.
Keterampilan membangun hubungan baik,
3.
Keterampilan berkomunikasi, dan
4.
Keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Dalam
proses coaching juga ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach yaitu
model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan;
Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan Tanggung
jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching
antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan
Umpan balik positif.
Refleksi terhadap proses coaching di
sekolah
1.
Coach dalam membantu coachee
yang pertama yaitu memberikan
waktu
seluas-luasnya untuk coachee mengutarakan apa yang dia rasakan, membuat situasi yang
nyaman dan membangun kepercayaan
coachee
mencurahkan
permasalahan yang dihadapinya;
2.
Coaching adalah salah satu bentuk usaha yang
dilakukan guru untuk menuntun segala potensi murid untuk hidup sesuai kodratnya
yang dimilikinya;
3.
Coaching menjadikan murid dapat hidup sebagai
individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala
potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri;
4.
Coach membantu mengembangkan
kemampuan coachee dalam
mengambil
keputusan, menerima umpan balik dan membantu merefleksikan;
5.
Coaching dapat menuntun murid untuk berkesadaran
penuh mencapai kemerdekaan belajar.